Ada satu pertanyaan mengemuka, tidak adakah prestasi Badan Amil Zakat Jawa Barat (BAZ Jabar) yang pantas untuk dibanggakan dan diberitakan dalam Zakat Watch ini? Tentu saja ada. Salah satunya adalah Sistem Informasi Manajemen Badan Amil Zakat (SIMBAZ). Ini merupakan sebuah software pengelolaan zakat terpadu, mulai dari penghitungan zakat, penerimaan hingga output berupa laporan keuangan bulanan hingga neraca keuangan. Bahkan, SIMBAZ pun bisa menjadi database yang diharapkan menjadi dasar pengelolaan zakat, khususnya dalam perencanaan seluruh kegiatan pengelolaan zakat. Disamping kelengkapan fungsinya, software ini pun sangat mudah digunakan.
SIMBAZ ini disusun sekitar tahun 2003-an oleh empat anak muda yang berkhidmat di BAZ Jabar. Direncanakan bisa rampung dalam 2 tahun, namun kerja spartan para pemuda ini bisa melaunching software ini dalam tempo 6 bulan walau masih dalam versi betanya. Sekalipun versi beta, software ini sudah bisa digunakan sebagaimana yang diharapkan, tanpa mengalami banyak masalah berarti. Dan istimewanya, sekalipun dibuat pada tahun 2003-an, SIMBAZ sesungguhnya masih bisa memenuhi kebutuhan para pengelola zakat sebagai sistem informasi manajemennya.
Sayangnya, prestasi ini seolah diabaikan begitu saja oleh para pengurus BAZ Jabar saat ini. Sekalipun pada awalnya seolah nampak serius hendak membangun sistem TI yang handal dalam pengelolaan zakat dan jaringannya di Jawa Barat, namun berbagai pelatihan dan workshop menyangkut masalah TI ini, lebih cenderung bersifat seremonial dan formalitas. Sedangkan SIMBAZ ataupun software SIM Zakat lainnya, hingga saat ini belum diaplikasikan dalam pengelolaan zakat. Sempat tersiar pula bahwa BAZ Jabar hendak mensosialisasikan SIMBAZ ini ke seluruh BAZ Kabupaten dan Kota yang ada di Jawa Barat, dimana software tersebut akan diberikan secara cuma-cuma sebagai bagian dari strategi pengelolaan zakat yang berbasis TI. Namun, seiring waktu, kabar itu pun lenyap begitu saja.
Diabaikannya SIMBAZ sebagai software yang handal untuk mengelola zakat ini, bisa jadi akibat "ketidaktahuan" betapa mahalnya biaya untuk menyusun program semacam ini jika diserahkan kepada pihak luar. Ironisnya, sikap (sebagian) pengurus BAZ Jabar dengan angkuhnya menganggap SIMBAZ adalah hak milik BAZ Jabar karena para programer yang merancang siang malam software tersebut, sudah diberi honor (gaji) dan menggunakan fasilitas BAZ Jabar. Lebih menyakitkan lagi, disebar tuduhan bahwa anak-anak muda itu (bagian TI BAZ Jabar) telah menggunakan dana operasional BAZ Jabar hingga ratusan juta rupiah.
Bagaimanapun, sikap pengurus BAZ Jabar atas prestasinya sendiri memang patut disayangkan. Sedangkan anak-anak muda yang merancang software itu ternyata jauh lebih dihargai diluar BAZ Jabar. Kini mereka berkiprah di perusahaan-perusahaan besar terkemuka seperti Telkom, Fujitsu dan menjadi penanggung-jawab pengembangan TI di sebuah instansi pemerintah. Ini adalah sebuah kehilangan bagi BAZ Jabar, yang tidak bisa dinilai dengan uang...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar