Eksistensi seorang penguasa memiliki urgensi tersendiri. Masyarakat (rakyat) berhajat pada sosok yang kapabel dalam mengkordinasikan laju roda kehidupannya. Dari masyarakat (mujtama') yang sederhana sampai tingkat yang luas, tidak bisa berjalan tanpa adanya pimpinan.
Penguasa menjadi tumpuan dan titian rakyatnya dalam menciptakan rasa aman, kesejahteraan sosial. Itu semua akan terwujud ketika pemegang pemerintahan orang yang adil, punya skill manajerial yang handal, dan juga kebijakan yang cerdas. Hingga bidikan utama dan pertamanya, bagaimana mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat yang dipimpinnya.
Namun sering terjadi fenomena yang memprihatinkan. Ketika penguasa (rejim) yang memerintah berbuat semena-mena terhadap rakyatnya. Rakyat bak lelaki yang menepuk sebelah tangan ketika pinangan ditolak pihak wanita. Mata menerawang kosong. Hati kecewa. Harapan tinggal mimpi. Kezhaliman penguasa membabi buta. Kekacauan menyebar dengan cepat. Perampokan, pencurian, penjarahan, pemerkosaan menjadi menu halaman media massa.
Penguasa sibuk dengan pribadinya (interest). Mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang aktif memadamkan rival-rival politiknya. Rakyat menjerit. Apa salah kami, rintihnya! Kenapa pimpinan kami begitu kejam terhadap rakyat? Mengapa? Mengapa mereka cuek dengan konflik-konflik dan krisis-krisis yang mencekik rakyat?
Marilah kita renungkan firman Allah SWT, yang artinya "Dan demikianlah, Kami jadikan penguasa dzalim bagi sebagian yang lain, karena apa yang mereka usahakan". (QS. al-An'am ayat 129)
Pada ayat diatas Allah SWT mengabarkan bahwa Dia membalas orang-orang yang berbuat kedzaliman (aniaya) dengan cara menempatkan sosok yang dzalim menjadi pimpinan mereka.
Qatadah rahimahullah berkata, "Allah SWT menempatkan manusia berdasar amalannya. Orang berzina dipuji orang yang berzina dimanapun berada. Demikian juga orang kafir menjadi wali bagi jenisnya. (Makna ayat: Allah SWT membalas orang zhalim dengan menempatkan orang zhalim atas mereka, melenyapkan mereka dengan golongannya, membalas mereka dengan orang-orang sejenisnya sebagai balasan kezhaliman dan kebengisan yang dilakukan).
Kezhaliman yang dilakukan masyarakat kita terlalu beragam (termasuk kita). Kezhaliman terhadap Allah SWT dengan berbuat syirik, menyepelekan keputusan RasulNya dalam menganalisa inti permasalahan. Zhalim terhadap tetangga (manusia), binatang dan alam semesta. Terlalu banyak untuk dibilang satu per satu.
Karena itu, perlu kita perbaiki diri ini dulu. Jangan cepat mengkambinghitamkan orang lain. Tuduh diri kita dulu. Instrospeksi dengan teliti, pasti akan didapati ternyata kita jauh dari ajaran Islam, dekat dengan kezhaliman. Kiranya kita perlu mendengarkan nasihat dari seorang ulama abad 8, imam Ibnu Abil Izzi rahimahullah, "Kalau rakyat ingin lepas dari kelaliman penguasa yang zhalim, hendaklah mereka melepaskan (diri) dari (tindakan) kezhaliman terlebih dahulu". (Syarah al-Aqidah ath-Thahawiyyah hal 381)
Sumber: majalah as-Sunnah edisi 04/tahun XII/Rajab 1429H/Juli 2008 hal 2.